Materi yang telah disampaikan oleh pak aniq
pada tanggal 30 Oktober 2018 sebagai berikut :
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang
pendidikan ada 3 sebagai berikut :
1. Penataan Bahasa Jawa (tetep,
Teteg, Antep, Mantep)
Yang artinya
Mempunyai ketetapan, tidak tergoyahkan, berisi dengan berilmu pengetahuan,
hingga yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar
dan baik. Dalam bahasa pendidikannya yaitu keteguhan berfikir yang disebut
dengan ketetapan berfikir (pikiran) itu perasaan dari akal alat untuk memeras
alat sari-sari tergantungobjek indepres pikiran ini adalah pikiranmu. Mengelola
pikiran dibagi menjadi sudut pandang, sisi pandang, revolusi pandang, gaya
pandang. Yang dimaksud pandang itu adalah akal yang didalam hati. Lihat surat
Al-Razi pemikiran yang memperdepankan proses akal.
a. Tetep,
artinya mempunyai ketetapan pendapat dan pikir, kalau sesuatu itu telah
diyakininya. Tidak mudah termakan isyu, tidak mudah diombang-ambingkan. Sikap
tegas, apa yang dikatakan yang diyakini itu benar, tetap dilaksanakan. Pikiran
yang telah diyakini kebenarannya, itu harus dilaksanakan dalam satuan tugasnya,
dengan sikap cinta kasih penuh kelembutan dan pengertian, Masyarakat pasti
menurutinya dengan hati yag senang, malahan mereka tidak merasa diperintah atau
dipengaruhi, namun malahan membantu dalam mendukung dengan setulus dan sepenuh
hati. Dalam bahasa jawa kata beliau adalah "Menang tanpa ngasorake".
b. Teteg, artinya tidak tergoyahkan oleh godaan
atau rayuan apapun. Godaan dan rayuan yang sering menjatuhkan karir seseorang
adalah harta, wanita dan kedudukan. Terlalu ambisi terhadap harta, dapat
menimbulkan bebagai tindakan negatif, dapat melakukan korupsi, penyalah gunaan
anggaran dsb.
c. Antep,
artinya, berisi, berilmu, berpengetahuan. Setiap kesempatan pemimpin harus
belajar apa saja, untuk bekal pergaulan dna keberhasilan kepemimipinan. Beliau
mengatakan, sebenarnya orang yang bijak sana itu ialah oran gyang banyak
membaca. Kiranya ini benar dan dicamkan oleh generasi muda, karena memang ilmu
itu didapatkan dari buku-buku. Ilmu apa saja dibaca kalau ingin pandai. Dalam
hal ini Ki Hajar Dewantara mengatakan dalam bahasa jawa "Digdoyo tanpo
aji", artinya orang itu sakti mandraguna tetapi tidak dengan jampi-jampi
atau jimat-jimat. tetapi sakti karena ilmu pengetahuan.
d. Mantep, artinya yakni dengan seyakin-yakinnya
bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik. Dalam penugasan dimanapun
ditugaskan harus mantep, siap dan berangkat.
Akal merupakan
substansi sangat penting yang terdapat dalam diri manusia sebagai cahaya (nur)
dalam hati. Cahaya ini, menurut Al-Razi, bersumber langsung dari Allah, sebagai
utusan untuk menyadarkan manusia dari kebodohannya.
Al-Razi dikenal sebagai rasionalis murni. Akal
menurutnya adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia. Dengan akal,
manusia bias memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang Allah. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan
dan mengekangnya, tetapi harus memberikan kebebasan padanya. Kendatipun
demikian, Al-Razi tidak berati seorang atheis, karena beliau masih menyakini
adanya Allah.
2. Ngandel, Kendel, Kandel, Bandel
Yang artinya percaya, tegas, penuh ilmu hingga
matang jiwanya, serta percaya diri, tidak mudah takut, tabah menghadapi
rintangan apapun. Harus dengan keteguhan pikiran kualitas antep berbobot
kapanpun diesiskusi tetep mantep, pikiran tetap istiqomah (bagus).
Semboyan tersebut sudah banyak dikupas, dan kali
ini penulis ingin membahas salah satu “Sendi Kehidupan” yang menurut KI Hajar
Dewantara perlu ditanamkan di setiap jiwa insan Indonesia yaitu Ngandel,
Kendel, dan Bandel.
Ngandel mengandung makna percaya dan patuh,
atau dengan kata lain patuh yang didasari oleh rasa percaya. Percaya dan
patuh adalah dua entitas yang berbeda; bisa saja seseorang percaya terhadap
sesuatu akan tetapi tidak mematuhinya atau sebaliknya patuh untuk melaksanakan
sesuatu akan tetapi sebenarnya ia tidak percaya. Kata ngandel adalah
perpaduan antara makna dua kata tersebut.
Kendel dalam bahasa jawa artinya berani.
Keberanian yang dimaksudkan adalah tindakan yang berdasarkan atas
kepercayaan dan kepatuhan seperti yang telah diuraikan di atas, bukan asal berani.
Orang-orang yang kreatif dan inovatif memiliki keberanian untuk
menghadapi resiko akan akibat perbuatannya, proaktif dan memiliki motivasi yang
tinggi untuk sukses. Inilah yang sering kita sebut sebagai jiwa
kewirausahaan. Wirausaha tidak harus selalu berhubungan dengan dunia
bisnis, akan tetapi jiwa kewirausahaan bisa dimiliki oleh profesi apapun.
Kata bandel sering dikonotasikan terhadap
hal-hal yang negatif seperti predikat yang diberikan kepada anak yang tidak
penurut, sering melanggar aturan dan norma. Akan tetapi kata bandel
sebenarnya mengandung makna yang positif yaitu tangguh. Seseorang yang
bandel memiliki prinsip yang kuat dan pendirian yang kokoh dalam
hidupnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendahulu kita, Ki Hajar Dewantara, telah mengajarkan kepada bangsanya tentang
sendi kehidupan yaitu: Berilmu pengetahuan dengan ngandel tehadap teori,
regulasi, filosofi dan religi, memiliki keterampilan yang didasari oleh jiwa
kewirausahaan, kendel berinovasi dan berkreasi, serta bandel terhadap pengaruh
perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari norma.
3. Neng-Ning-Nung-Nang (Meneng, wening, hanung,
menang)
Dalam
berbicara orang diniscayakan tetap berpikiran jernih, hingga dapat mencetuskan
ide-ide unggul dan berakhir dengan kemenangan. Yang dimaksud ini adalah percaya
akan memberikan pendirian yang teguh, maka tidak rapuh mental.
34N KHD adalah salah satu warisan Ki
Hadjar Dewantara mengenai sikap dan perilaku manusia Indonesia dalam menghadapi
masalah, negoisasi, atau konflik yang tidak lepas dari konsep besar pemikiran
perjuangan beliau untuk membebaskan bangsa ini dari penjajahan melalui
Pendidikan dan Kebudayaan.4N adalah Neng kependekan dari Meneng (“e” dibaca “e” dalam bahasa Jawa, seperti dalam bahasa Indonesia pada kata merasa, menjadi, Inem) yang berarti Diam dan Tenang dengan perhatian untuk mendengar secara aktif; Ning kependekan dari Wening (“e” dibaca seperti pada Meneng) yang berarti Jernih di hati dan pikiran; Nung kependekan dari Hanung yang berarti Kebesaran Hati dan Jiwa; dan Nang kependekan dari Menang yang berati kemenangan baik secara batiniah maupun lahiriah.